Featured Slider

Open House di KB-Tiny Thinkers School: Merayakan Keberagaman dan Pembelajaran Bersama

 


Open House di KB-Tiny Thinkers School: Merayakan Keberagaman dan Pembelajaran Bersama

Halo, sahabat Bunsho! Hari ini Bunsho ingin berbagi tentang acara menarik yang baru saja berlangsung di KB-Tiny Thinkers School di Sleman. Sekolah ini bukan sekadar tempat belajar; ia adalah ruang di mana kreativitas, inklusivitas, dan perkembangan setiap anak menjadi prioritas utama.

Kenapa KB-Tiny Thinkers School Istimewa?

Berlokasi di Nglaban, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, sekolah ini mengundang masyarakat luas untuk hadir dalam acara Open House pada Kamis, 10 Oktober 2024, dengan tujuan memperkenalkan fasilitas dan serta program-program yang ada kepada orang tua dan anak-anak. Selain itu, dengan acara ini diharapkan dapat membangun komunitas yang solid antara sekolah dan orang tua, menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan holistik anak.Sekolah ini dibangun dengan cinta untuk memberikan pendidikan berkualitas yang mengatasi tantangan di lingkungan pembelajaran tradisional. 



Menemukan Potensi Anak Sejak Dini

Di KB-Tiny Thinkers, mereka percaya bahwa setiap anak berhak mendapatkan pengalaman belajar yang merangsang rasa ingin tahunya. Sayangnya, banyak metode pendidikan yang malah membatasi kreativitas anak. Oleh karena itu, mereka menerapkan kurikulum yang berpusat pada anak, di mana para pendidik berperan sebagai fasilitator. Anak-anak didorong untuk aktif berpartisipasi dalam pembelajaran mereka, melalui eksplorasi langsung yang menyenangkan.

Khoirul Muthmainnah, S.T, M.Hum, Ketua Dewan Pembina Yayasan Tiny Thinker School, menekankan bahwa pendidikan di sini bukan hanya tentang akademik. Mereka juga memfokuskan pada pengembangan fisik, emosional, dan spiritual, serta kemampuan berkolaborasi dan berpikir kritis.



Fasilitas dan Program Menarik

Acara Open House juga menghadirkan Lisa Setiadi, M.A, BCBA, IBA, seorang profesional di bidang perilaku anak, yang menjelaskan berbagai fasilitas yang mendukung pembelajaran berbasis anak, dengan aktivitas yang berpusat pada anak, sementara peran guru adalah sebagai fasilitator. Program yang ditawarkan mencakup pengembangan berbagai aspek, termasuk keterampilan 4K termasuk berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolaborasi, melalui pembelajaran berbasis proyek dan Proyek Penguatan Profil Pancasila (P5)

KB-Tiny Thinkers juga menerima anak-anak dari berbagai latar belakang, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus. Ini adalah bagian dari komitmen mereka untuk inklusivitas, memastikan semua anak mendapatkan akses pendidikan berkualitas, tanpa memandang latar belakang sosial, budaya atau ekonomi.



Lingkungan Belajar yang Inspiratif

KB Tiny Thinker School terletak di area pertanian yang indah, unik, dan dinamis, dikelilingi oleh sawah dan kebun sayur serta bisnis lokal yang ramai. Lingkungan ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dari alam dan berinteraksi dengan komunitas, sekaligus memperkenalkan mereka pada nilai-nilai tradisional sekaligus turut melestarikan budaya setempat melalui kegiatan kegiatannya yang terstruktur.

Pentingnya membangun karakter moral dan melestarikan warisan budaya di era urbanisasi yang cepat menjadi perhatian sekolah ini. Dengan menawarkan program yang menekankan pengembangan sosial dan emosional di samping keterampilan akademik, sekolah ini mempersiapkan siswa untuk menavigasi konteks lokal dan global.

Pendidikan yang Disesuaikan untuk Setiap Anak

Dengan rasio siswa terhadap pendidik yang cukup rendah sekitar 25:5, KB-Tiny Thinkers memastikan setiap anak mendapatkan perhatian yang dibutuhkan. Mereka menyadari bahwa setiap anak memiliki kekuatan dan tantangan masing-masing, sehingga program-program mereka dirancang untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perkembangan akademik, sosial, emosional, dan fisik akan dilaksanakan sejalan dengan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi.

Komitmen terhadap Pendidikan Berkualitas

KB-Tiny Thinkers School berkomitmen untuk menyediakan lingkungan pendidikan yang merangsang. Visinya bertujuan untuk menciptakan ruang yang mendukung eksplorasi kreativitas, disiplin, tanggung jawab, dan fleksibilitas. Komitmen sekolah ini tercermin dalam tiga misi utamanya:

  • Menciptakan lingkungan pendidikan yang merangsang berpikir kritis dan kreatif.
  • Memberikan kesempatan dan pengalaman yang sama bagi semua siswa, tanpa diskriminasi.
  • Menciptakan suasana yang mendorong siswa untuk melatih kemandirian


Bergabunglah dengan Komunitas Tiny Thinkers

Banu Gunawira, S.E. Ketua Yayasan Tiny Thinkers School, menyampaikan harapannya agar orang tua dapat bekerja sama dengan sekolah untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak. KB-Tiny Thinkers School mengundang para orang tua yang mencari pengalaman pendidikan progresif untuk bergabung dengan komunitas yang dinamis ini.

"Kami berharap dapat bekerja sama erat dengan para orang tua, membangun jembatan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi anak-anak kami untuk tumbuh dan berkembang,"

Jadi, jika Anda mencari tempat di mana anak-anak tidak hanya belajar, tetapi juga tumbuh sebagai individu yang kreatif dan bertanggung jawab, KB-Tiny Thinkers School bisa menjadi pilihan yang tepat. Program-program Tiny Thinkers School ini tidak hanya mempersiapkan anak-anak untuk sukses akademis tetapi juga menanamkan nilai-nilai yang membentuk mereka menjadi warga global yang berbelas kasih dan bertanggung jawab.

Mari bersama-sama merayakan keberagaman dan menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak kita!

Tiny Thinkers School

Kampus: Jl. Apel, Nglaban, Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, DIY



Lodeh, Sebuah Perjuangan Melestarikan Budaya Kuliner Indonesia

Foto: cookpad @enikkirei

Salah satu citarasa yang cukup berkesan diantara banyaknya citarasa masakan Indonesia bagi saya adalah gurih dan umami dengan sedikit citarasa pedas. Ketika mengulik citarasa itu, yang terbayang di benak saya adalah masakan tradisional yang sering ditemukan di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sebagai orang Jogja totok, tentu saja ibu saya termasuk sering membuat masakan lodeh untuk hidangan keluarga.

Lodeh, salah satu sayur bersantan yang legit dengan perpaduan bumbu yang pas, selalu berhasil membuat jatuh cinta penikmatnya. Jangankan saya, suami saya yang orang Minang saja ketagihan ketika saya sajikan sayur lodeh di meja makan sebagai hidangan makan malam.

Keanekaragaman bahan yang bisa diolah juga menjadikan lodeh sangat fleksibel untuk menjadi menu andalan. Sebut saja lodeh terong, lodeh kacang panjang, lodeh kluwih, lodeh jipang, lodeh tempe, lodeh tahu, lodeh lembayung, bahkan lodeh cabai hijau. Bahan bahan yang mudah ditemukan, serta harganya yang terjangkau menjadikan lodeh sebagai masakan idola ibu ibu. Jelas dengan harga terjangkau, kestabilan ekonomi akan terjaga.


Bumbu pelangkapnya pun merupakan bumbu yang lazim ada di setiap dapur ibu-ibu di Jawa. Sebut saja: bawang merah, bawang putih, lengkuas, daun salam, petai, cabai merah, cabai rawit, daun jeruk serta santan kelapa. Jangan sampai ketinggalan gula dan garam agar citarasanya seimbang.

Sayur ini tidak sekedar resep masakan bagi saya. Sayur ini membawa kenangan masa kecil saya ketika simbah putri saya masih sugeng (hidup). Ketika berkesempatan mengunjungi simbah putri, lodeh adalah masakan yang dari baunya saja sudah sangat menggugah selera. Tempe semangit serta pete rese (petai dan rebon) memberikan citarasa khas yang sangat memanjakan Indera penciuman saya bahkan sebelum mencecapnya.

Kenikmatan sayur lodeh menjadikannya mudah berpasangan dengan lauk apapun. Dengan ikan layur atau ikan asin bahkan ikan tongkol goreng sangat terasa sedap. Apalagi jika disandingkan dengan sambal teri atau sambal terasi plus nasi hangat. Sungguh menjadi hidangan yang akan membuat kita tak cukup dengan satu porsi saja.

Begitu istimewanya lodeh, masakan ini sampai sampai pernah menjadi sayur yang membantu melewati masa sulit kala terjadi bencana letusan gunung Merapi tahun 1006 (sumber: Wikipedia). Masakan ini juga yang membantu saya dan keluarga ketika masa sulit pandemi covid kemarin dikarenakan keterbatasan bahan yang dijual di warung sayur dekat rumah saya. Maka bahan bahan yang ada adalah bahan yang bisa saya olah menjadi sayur lodeh.

Foto: berwisata.travel.blog


Karena kelengkapan dalam protein, sayur, maupun citarasa pedasnya, tanpa lauk atau sambal pun sebenarnya lodeh sudah bisa dinikmati. Dia mengandung protein dari tahu magel ataupun tempe semangit dan juga memiliki citarasa pedas dari irisan cabai yang diolah sekaligus dalam sayurnya. Paling kalau mau menambah tekstur, kita bisa menyediakan kerupuk ataupun karak untuk menambah kenikmatan menyantap lodeh.


Diantara gempuran masakan Western, Jepang, maupun Korea yang saat ini sangat digilai oleh kaum muda, saya tetap memberikan pengalaman makan masakan tradisional untuk anak-anak saya. Bagaimanapun, setiap tempat pasti akan membentuk budaya dari pengolahan makanan berdasarkan behan bahan lokal yang banyak ditemukan di daerah tersebut. Hal ini yang membuat masakan lokal tradisional dipandang sebelah mata. Hanya karena bahan bahannya tidak perlu impor dan bisa kita temui di Indonesia, merasa bahwa gengsinya kalah dengan makanan yang bahan-bahannya harus diimpor dari luar negeri.

Makanan tradisional selain membawa misi budaya, untuk saya juga sebagai alat menumbuhkan nasionalisme pada jiwa anak-anak. Ketika mereka nanti di luar negeri, pasti akan merindukan makan lodeh. Sedangkan untuk bahan-bahan lodeh, belum tentu bisa mereka temukan di sana. Akhirnya mereka menyadari bahwa kekayaan negara kita terhadap bumbu dan rempah rempah untuk menghasilkan makanan enak sungguh tiada dua.

Petai, lengkuas dan daun salam adalah citarasa khas yang jarang kita temukan selain di masakan Indonesia. Tidak hanya berfungsi sebagai senyawa aromatik yang menciptakan aroma segar, namun bumbu bumbu ini juga memiliki khasiat pengobatan yang luarbiasa. Petai misalnya, selain memiliki protein dan lemak yang tinggi (8%), karbohidrat (11%), air (71%), kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, B1, B2, C juga mengandung asam amino triptofan yang menghasilkan hormon serotonin dalam tubuh kita. Petai juga mengandung antioksidan yang mampu melumpuhkan radikal bebas . Selain itu, petai juga dikenal sebagai obay penyakit liver, edema, radang ginjal, dan peluruh cacing. Wah banyak sekali manfaat jika kita mengkonsumsinya ya.



Sayur lodeh yang sering saya masak untuk keluarga adalah Lodeh Terong. Saya ambil resepnya dari buku Resep Rahasia Turun Temurun (Sumatera, Jawa & Sulawesi) karya Ibu Murdijati Gardjito dan Amaliah

Bahan:

3 bh terung, potong serong melintang
5 lonjor kacang panjang potong potong
200 gr kluwih, cacah kasar
1 ikat kecil daun melinjo muda
200 ml santan kental
200 ml santan cair
Tempe semangit
7 btr bawang merah, iris halus
2 siung bawang putih, iris halus
5 mata petai
1 sdt rese
4 bh cabai merah, iris halus
1 ruas lengkuas
Garam secukupnya
Gula kelapa secukupnya

Cara Membuat:

1. Cuci bersih potongan kluwih untuk menghilangkan getahnya lalu rebus hingga matang, kemudian tiriskan
2. Masak santan cair, cabai merah, bawang merah, bawang putih, tempe semangit, rese, petai, dan lengkuas dengan api kecil
3. Masukkan sayuran secara berurutan berdasar kekerasan bahan, yaitu: kluwih, kacang Panjang, terung
4. Masukkan santan kental, gula, garam, dan daun melinjo muda. Masak hingga matang, Angkat lalu sisihkan.
 

Biasanya sayur lodeh ini saya sajikan dengan nasi hangat. Jika pada keluarga yang menerapkan diet nasi putih bisa juga dengan nasi merah seperti yang biasa disajikan di Gunung Kidul. Kalau di Sumatera Barat, ada juga sayur yang mirip mirip dengan lodeh. Namanya ada sayur tauco dengan bahan tauco dan buncis. Rasanya hamper mirip mirip dengan lodeh, namun cenderung lebih asin dan pedas. Sayur tauco ini juga bisa disajikan dengan ketupat ketika hari Raya Idul Fitri. Akhirnya saya juga coba untuk menyandingkan sayur lodeh dengan lontong dan ketupat, ternyata rasanya juga enak seperti ketika kita makan ketupat dengan opor atau lontong dengan opor.

Kuliner tradisional sudah terbukti sehat untuk dikonsumsi tubuh. Bahan bahan alami minim pengawet dan pengolahan berlebihan sejalan dengan konsel realfood yang saat ini sedang digembar gemborkan untuk menyelamatkan kondisi kesehatan tubuh kita. Dalam tubuh yang sehat, tentunya akan tumbuh jiwa yang sehat. Produktif jiwa raga akan sangat membantu kita dalam mengisi kemerdekaan Indonesia yang saat ini sudah memasuki usia ke -79 tahun. Dirgahayu Indonesiaku, act local think global. Ijinkan kami isi kemerdekaan ini dengan cara melestariakan budaya Indonesia salah satunya dengan kuliner Indonesia yang sehat dan penuh citarasa.

Daftar Pustaka: 
Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Sayur_lodeh
Gardjito, Murdijati, 2013, Bumbu, Penyedap, dan Penyerta Masakan Indonesia, Kompas Gramedia
Gardjito & Amalia, Murdijati, 2012, Resep Rahasia Turun Temurun Sumatera, Jawa & Sulawesi, Great Publishers



Berdamai Dengan Pengidap NPD, Begini Kisah Kartika Soeminar.

Bahaya Narcissistic Personality Disorder (NPD) Bagi Pasangan dan Anak

Cerita Seorang Kartika Soeminar

Apa yang ada dalam benakmu saat mendengar kata NPD? NPD atau Narcissistic Personality Disorder adalah sebuah gangguan kejiwaan untuk memvalidasi diri seseorang secara berlebihan. Yang mengkhawatirkan adalah orang dengan gejala NPD ini tidak menyadari bahwa dia memiliki NPD. Efeknya, orang-orang yang memiliki NPD cenderung abusive terhadap orang di sekitarnya.

Mendengar cerita dari Mba Kartika Soeminar seorang NPD abuse survivor yang selama 23 tahun bertahan dalam hubungannya dengan seorang NPD memberikan banyak insight tentang bagaimana cara bertahan, menghadapi dan akhirnya lepas dari jerat NPD ini. Di acara bersama #KEBIntimate kemarin akhirnya kami bisa secara langsung berinteraksi dengan mba Kartika, seorang perempuan korban dari pengidap NPD yang melalui masa depresi dan pemulihan akibat tekanan mental yang diberikan oleh pasangannya selama lebih dari dua dekade. 

#Momfulness Seni Mengelola Emosi Untuk Para Bunda

 


Assalamualaikum Sahabat Bunsho,

Postingan ini sengaja saya buat sebagai reminder sekaligus berbagi ilmu mengenai suka duka dunia parenting khususnya bagi para bunda. Sering kali kita sebagai ibu memiliki banyak problematika yang berujung pada performa kita berperan dalam rumah tangga. 

Tanpa disadari (atau sebenernya sangat disadari ya), kita memiliki peranan penting sebagai api yang bertugas memberikan cahaya dan kehangatan dalam keluarga kecil kita. Apa jadinya jika api itu terlalu redup hingga tak cukup menghangatkan, atau malah terlalu panas berkobar kobar sehingga membuat menjadi tidak nyaman. 

Beberapa waktu lalu saya berkesempatan mengikuti training bersama Raden Prisya bertajuk "Momfulness". Acara ini kerjasama Dompet Dhuafa, Raden Prisya sebagai Duta Kebaikan Dompet Dhuafa, Mindrevive, Haloclass.id, Sovia Jewelry dan DS Modest. 

Komunitas Blogger Pecinta Masakan Indonesia

Rujak Kwini

 "Makanan adalah simbol cinta ketika kata-kata tidak memadai." - Alan D. Wolfelt

Maka benarlah kata bijak itu, karena cinta yang tak terkatakan tersampaikan lewat masakan. Sedikit cerita tentang masakan, hal inilah yang bagi saya dan suami merupakan magnet untuk pulang ke rumah masa kecil dan menjumpai masakan ibu yang penuh citarasa. Buat saya yang asli Jawa dan suami yang asli Minang, tentu kami punya perbedaan cita rasa mengenai masakan enak. Jawa yang kental citarasa manis serta aneka olahan sayur berdampingan dengan kuliner Minang yang penuh rempah santan serta aneka olahan daging dan ikan. Tapi, kesamaan kami berdua adalah sama sama mencintai citarasa masakan Indonesia.

Menikah buat saya merupakan tantangan tersendiri. tak pernah tertarik untuk bisa memasak, namun merupakan penikmat masakan buatan ibu. Namun waktu akhirnya membawa saya untuk menyadari bahwa salah satu yang bisa kita tinggalkan sebagai legacy untuk anak-anak kita nanti adalah "masakan ibunda yang paling enak sedunia,"